JellyPages.com

Sunday, February 12, 2012

Memberi, Kebiaasaan yang Lahir dari Kasih


Hendaklah kamu masing-masing—scsuai dengan apa yang kamu peroleh— menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah”(1 Korintus 16:2).
     Memberi adalah bagian dan agama Injil. Fondasi rencana keselamatan dibuat dalam pengorbanan. Yesus meninggalkan istana surga dan menjadi miskin, agar melalui kemiskinan-Nya kita dapat dijadikan kaya. Kehidupan di dunia ini tidak mementingkan diri, ditandai dengan kerendahan hati dan pengorbanan. Dan apakah seorang hamba lebih besar daripada Tuannya? Akankah kita, yang turut serta dalam keselamatan besar yang ditempa-Nya bagi kita, menolak untuk mengikuti Tuhan kita, dan turut dalam penyangkalan diri-Nya? Ketika Penebus dunia telah menderita untuk kita, akankah anggota tubuh-Nya, hidup dalam kesenangan diri yang bodoh? Tidak;penyangkalan diri adalah kondisi yang esensial pada pemuridan....       Kristus, sebagai Kepala kita, menuntun dalam pekerjaan besar keselamat tetapi Ia telah mempercayakan pekerjaan itu kepada para pengikut-Nya di atas dunia. Itu tidak dapat dijalankan tanpa alat, dan Ia telah memberikan kepada umat-Nya rencana mendapatkan alatyang cukup untuk membuat kerajaan-Nya berhasil. Sistem persepuluhan, yang ditetapkan untuk maksud ini sudah dilakukan mulai zaman Musa. Bahkan sejak zaman Adam, jauh sebelum sistem yang pasti diberikan, manusia diharuskan menyerahkan pemberian kepada Allah untuk maksud-maksud keagamaan....      Allah tidak memaksa kita untuk memberi kepada pekerjaan-Nya. Pernberian kita harus ikhlas. Ia tidak ingin perbendaharaan-Nya diisi dengan persembahan-persembahan yang tidak ikhlas. Rancangan-Nya dalam rencana pemberian yang sistematis akan membawa kita ke dalam hubungan erat dengan Pencipta kita dan dalam simpati dan kasih dengan sesama kita manusia, dengan demikian menempatkan kita pada tanggung jawab yang akan meniadakan kecintaan diri dan memperkuat gerakan hati yang dermawan tanpa kepentingan. Kita cenderung cinta diri dan menutup hati kepada perbuatan kemurahan. Dengan mewajibkan pemberian dilakukan pada waktu-waktuditetapkan, Tuhan merancang agar memberi itu menjadi sebuah kebiasaan dan dipandang sebagai tugas orang Kristen. Hati, yang terbuka oleh satu pemberian, tidak memiliki waktu untuk tertutup dan menjadi dingin, sebelum persembahan lain diberikan....      Setiap pria, wanita, dan anak dapat menjadi penatalayan bagi Tuhan.... Itelah menetapkan perlunya kerja sama di tengah umat-Nya, agar mereka dapat memelihara dan melatih cinta kasih yang penuh kebajikan. —Signs of the nus. 18 Maret 1886.
Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. —2 Korintus 9:7
Ketika saya mengingatkan suami saya bahwa ulang tahunnya yang ke-39 sudah semakin dekat, ia berkata bahwa ia tidak menginginkan hadiah apa pun. Apa iya, pikir saya. Saya pun terus mendesaknya untuk ide hadiah baginya. Saat itulah ia mengatakan kepada saya bahwa ia ingin menyumbangkan uang yang semula akan kami keluarkan untuk merayakan hari ulang tahunnya.
Alkitab memanggil kita untuk memberi dengan sukarela—jangan dengan sedih hati atau karena paksaan—untuk mendukung pekerjaan Allah dan untuk menolong sesama (2 Kor. 9:7). Pemberian sukarela seperti ini sering kali menghasilkan sukacita bagi si pemberi. Ketika Raja Daud menyumbangkan harta pribadinya berupa emas dan perak untuk menolong pembangunan Bait Allah, banyak pejabat Israel mengikuti teladannya. Setelah mereka menyumbangkan tembaga, besi, batu permata, dan logam mulia, “mereka bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing” (1 Taw. 29:9).
Sebagai bagian dari perayaan itu, Daud memuji Allah, sambil berkata, “Dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu” (ay.14). Daud bermaksud untuk menyatakan bahwa Allah memiliki segalanya. Mengingat hal ini akan membuat kita memberi dengan penuh semangat, karena kita hanyalah mengembalikan harta kita kepada pemiliknya yang sah, yaitu Allah sendiri.
Jika Anda berkesempatan untuk memberikan baik uang tunai, jasa, atau harta milik Anda untuk mendukung pelayanan di ladang Kristus, ujilah sikap Anda. Apakah Anda memberi dengan sukarela dan tanpa paksaan? Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. —JBS
Tuhan, Engkau mengasihi yang memberi dengan sukacita,
Yang dengan hati dan tangan terbuka,
Mengalirkan berkatnya dengan melimpah, seperti sungai
Yang menyegarkan tanah sekitarnya. —Murray


0 Your ComeNt Here: