JellyPages.com

Monday, October 24, 2011

Sabat dan Harga Diri


“Kuduskanlah hari-hari Sabat-Ku, sehingga itu menjadi peringatan di antara Aku dan kamu, supaya orang mengetahui bahwa Akulah TUHAN, Allahmu” Yehezkiel 20:20.

S
ebuah kisah diceritakan tentang saat-saat mengerikan ketika banyak orang di kirim ke kamp pengungsian Nazi. Di stasiun kereta api, pada salah satu kamp kematian itu, petugas SS mulai memisahkan pria-pria yang tangguh dari wanita dan anak-anak.

Seorang ayah yang adalah anggota kerajaan, menyadari seketika bahwa ia mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengan anaknya. Jadi ia berlutut disamping anak laki-lakinya dan memegang bahunya, Michael, katanya apapun yang terjadi, aku ingin engkau mengingat satu hal. Kau itu istimewa, kau adalah anak dari seorang raja.”

Segera, ayah dan anak di pisahkan oleh para tentara, mereka di giring ke bagian-bagian kamp yang berbeda. Keduanya tidak pernah saling bertemu lagi.

Michael kemudian mengetahui bahwa ayahnya telah tewas dalam ruang gas, ia harus pergi sendiri dan mencoba jalannya sendiri di dunia. Namun kata-kata terakhir ayahnya selalu di ingatnya: kau adalah anak seorang raja. Michael bertekad bahwa apapun yang terjadi, ia akan berperilaku seperti seorang anak raja.

Sabat adalah satu pesan penting dari Bapa surgawi kita, suatu tanda yang menyatakan,” Engkau adalah anak dari Raja alam semesta. Aku menyatakan dirimu sebagai milik-Ku sendiri.

Sabat berbicara tentang Allah yang telah menciptakan kita. Sabat menuntun kita kembali kepada asal mula kita. Tiap sabat kita diingatkan bahwa kita bukanlah anak yatim kosmik. Kita bukanlah anak miskin jalanan yang terlantar. Kita ini adalah anak-anak Sang Pencipta.

Karena Ia telah menciptakan kita, maka Ia menghargai kita, karena Ia telah menjadikan kita, Ia tertarik dengan kita. Segala sesuatu yang menyangkut kita, menyangkut Dia juga. Hal-hal yang menyusahkan kita, menyusahkan Dia juga. Ketika kita terluka. Dia terluka. Sebagaimana Yesaya, sang nabi, mengatakanya,”Ia menjadi juruslamat mereka dalam segala kesesakan mereka”(Yes 63:9).

Mengapa? Sebab Ia telah menciptakan kita. Ia adalah bapa pengasih yang peduli dengan anak-anak-Nya. Jika Allah menghargai saya begitu besarnya, tidakkah seharusnya saya menghargai diri saya sendiri? Jika Allah menghargai saya lebih daripada yang dapat saya bayangkan, tidaklah seharusnya hati saya di penuhi dengan dorongan pada hari ini?

Saya adalah milik-Nya dan Ia adalah milik saya, dan dengan itu saya puas. Hati saya dialiri sukacita dalam pengetahuan tertentu nahwa saya adalah seorang anak dari Raja alam semesta.


Credit. artihidupku


0 Your ComeNt Here: